1. Najjariyah
Mereka adl pengikut Husain bin Muhammad al-Najjar yg pandangan-pandangannya diadopsi oleh para penganut Mu’tazilah di daerah Rayy. Mereka ini terpecah ke berbagai subkelompok seperti Barghutsiyah Za’faraniyah dan Mustadrikah tetapi mereka sependapat dgn kelompok asalnya dalam perkara-perkara yg fundamental. Mereka sependapat dgn Mu’tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah yakni mengetahui berkuasa berkehendak hidup mendengar dan melihat. Akan tetapi mereka sependapat dgn Shifatiyah tentang Allah menciptakan perbuatan-perbuatan . Najjar berpendirian bahwa Allah menghendaki diri-Nya sendiri sebagaimana Dia mengetahui diri-Nya sendiri pula. Allah dgn demikian timbullah keterkaitan secara umum sehingga kata Najjar Allah menghendaki yg baik dan buruk manfaat dan madharat. Kalau dikatakan bahwa Allah berkehendak berarti bahwa Dia berbuat tidak krn terpaksa atau terdesak . Najjar juga mengatakan bahwa Allah adl pencipta segala perbuatan manusia baik dan buruk benar dan salah; manusia memerlukan kepada sebagian perbuatan-perbuatan ini.
2. Al-Mirdariyyah
Mereka para pengikut ‘Isa bin Shubaih yg terkenal dgn sebutan Abu Musa yg bergelar al-Mirdar. Dia adl murid Bisyr bin al-Mu’tamir ia belajar ilmu darinya kemudian berzuhud. Dia juga dinamai rahibnya Mu’tazilah. Dia berbeda pendapat dgn yg lainnya dalam beberapa hal
Ucapannya tentang qadar bahwa Allah Ta’ala kuasa utk berdusta dan berbuat zalim jika Dia berdusta dan zalim Dia adl Tuhan yg pendusta dan zalim. Maha Suci Allah dari ucapannya ini.
Pendapatnya tentang masalah tawallud sama dgn pendapat gurunya dan ia menambahnya dgn memandang boleh terjadinya satu perbuatan dari dua pelaku dgn cara tawallud.
3. An-Nazhzhamiyyah
Yaitu para pengikut Ibrahim bin Yassar bin Hani’ an-Nazhzham. Ia telah mengkaji berbagai kitab filosof kemudian ia campur adukkan ucapan para filosof itu dgn ucapan Mu’tazilah. Dia berbeda pandangan dgn yg lainnya dalam beberapa masalah berikut ini
Dia menambahkan pendapat tentang qadar baik dan buruknya di antaranya adl pendapatnya bahwa Allah Ta’ala tidak disifati dgn qudrah atas kejahatan dan maksiat dan tidaklah hal-hal itu termasuk dalam perkara yg masuk dalam qudrah Allah Ta’ala. Berbeda dgn pendapat Mu’tazilah lainnya yg mengatakan bahwa Allah kuasa atas hal-hal itu tetapi Dia tidak melakukannya krn hal-hal itu jelek. Pendapat an-Nazhzham bahwa kejelekan itu adl sifat dzat dari sesuatu yg jelek maka hal itulah yg mencegah disandarkannya perbuatan jelek kepada Allah. Maka dia berpendapat bahwa bisanya timbul kejelekan dari Allah adl sebab suatu kejelekan. Jadi Dia yg berlaku adil tidaklah disifati dgn qudrah atas kezhaliman.
4. Ahmadiah
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah, mempunyai banyak nama dan keturunan. Suatu keistimewaan buat dia, “konon” semua itu diperoleh dari Tuhannya. Bahkan yang lebih menarik lagi, Mirza Ghulam Ahmad menguasai banyak bahasa, diantaranya: Bahasa Urdu, Inggris, Arab, Parsi, dan bahasa Ibrani. Dengan bahasa-bahasa itulah ia berdialog dengan Tuhannya.
Puteranya yang masyhur, Bashiruddin Mahmud Ahmad (1899-1965) yang menduduki tahta khalifah kedua dalam Jema’at Ahmadiyah, menulis tentang saat-saat kelahiran ayahnya sebagai berikut:
" Hazrat Ahmad as. lahir pada tanggal 13 Februari 1835 M, atau 14 Syawal 1250 H, hari Jumat, pada waktu shalat Subuh, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Beliau lahir kembar. Yakni beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama kemudian meninggal dunia. Demikianlah sempurna sudah kabar-ghaib yang tertera di dalam kitab-kitab agama Islam bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar”.[2]
5. Al-Qadiani
Berikut ini kami paparkan keyakinan-keyakinan Al-Qadiani yg menyesatkan itu.
Pengakuannya adl sebagai mujadid Al-Masih Al-Mahdi nabi rasul dan pengakuan lainnya yg berkisar antara mujadid hingga kenabian bahkan lbh tinggi dari kenabian.
Berikut wbw cuplikkan beberapa pengakuan "gila" nya:
“Banyak hati telah mati telah banyak dosa sangat keras kesusahan pada malam yg larut dalam kegelapan yg pekat rahim Allah mengeluarkan cahaya langit. Akulah cahaya itu al-mujadid yg dapat perintah hamba yg ditolong Al-Mahdi yg dikenal Al-Masih yg dijanjikan. Dan sesungguhnya aku berada dalam posisi yg sangat mulia di sisi Tuhanku tak ada seorang pun yg mengetahuinya.” .
“Kabar gembira utk kamu sekalian! Telah datang kepadamu Al-Masih. Ia telah diusap Yang Maha Kuasa dan diberinya ucapan yg fasih.. Kebahagiaan utk kamu! Telah datang kepadamu Al-Masih yg dikenal membawa harta yg banyak dan barang yg bertumpuk.. Wahai sekalian manusia sesungguhnya aku adl Al-Masih al-Muhamadi. Sesungguhnya aku Ahmad al-Mahdi.” .
Mereka adl pengikut Husain bin Muhammad al-Najjar yg pandangan-pandangannya diadopsi oleh para penganut Mu’tazilah di daerah Rayy. Mereka ini terpecah ke berbagai subkelompok seperti Barghutsiyah Za’faraniyah dan Mustadrikah tetapi mereka sependapat dgn kelompok asalnya dalam perkara-perkara yg fundamental. Mereka sependapat dgn Mu’tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah yakni mengetahui berkuasa berkehendak hidup mendengar dan melihat. Akan tetapi mereka sependapat dgn Shifatiyah tentang Allah menciptakan perbuatan-perbuatan . Najjar berpendirian bahwa Allah menghendaki diri-Nya sendiri sebagaimana Dia mengetahui diri-Nya sendiri pula. Allah dgn demikian timbullah keterkaitan secara umum sehingga kata Najjar Allah menghendaki yg baik dan buruk manfaat dan madharat. Kalau dikatakan bahwa Allah berkehendak berarti bahwa Dia berbuat tidak krn terpaksa atau terdesak . Najjar juga mengatakan bahwa Allah adl pencipta segala perbuatan manusia baik dan buruk benar dan salah; manusia memerlukan kepada sebagian perbuatan-perbuatan ini.
2. Al-Mirdariyyah
Mereka para pengikut ‘Isa bin Shubaih yg terkenal dgn sebutan Abu Musa yg bergelar al-Mirdar. Dia adl murid Bisyr bin al-Mu’tamir ia belajar ilmu darinya kemudian berzuhud. Dia juga dinamai rahibnya Mu’tazilah. Dia berbeda pendapat dgn yg lainnya dalam beberapa hal
Ucapannya tentang qadar bahwa Allah Ta’ala kuasa utk berdusta dan berbuat zalim jika Dia berdusta dan zalim Dia adl Tuhan yg pendusta dan zalim. Maha Suci Allah dari ucapannya ini.
Pendapatnya tentang masalah tawallud sama dgn pendapat gurunya dan ia menambahnya dgn memandang boleh terjadinya satu perbuatan dari dua pelaku dgn cara tawallud.
3. An-Nazhzhamiyyah
Yaitu para pengikut Ibrahim bin Yassar bin Hani’ an-Nazhzham. Ia telah mengkaji berbagai kitab filosof kemudian ia campur adukkan ucapan para filosof itu dgn ucapan Mu’tazilah. Dia berbeda pandangan dgn yg lainnya dalam beberapa masalah berikut ini
Dia menambahkan pendapat tentang qadar baik dan buruknya di antaranya adl pendapatnya bahwa Allah Ta’ala tidak disifati dgn qudrah atas kejahatan dan maksiat dan tidaklah hal-hal itu termasuk dalam perkara yg masuk dalam qudrah Allah Ta’ala. Berbeda dgn pendapat Mu’tazilah lainnya yg mengatakan bahwa Allah kuasa atas hal-hal itu tetapi Dia tidak melakukannya krn hal-hal itu jelek. Pendapat an-Nazhzham bahwa kejelekan itu adl sifat dzat dari sesuatu yg jelek maka hal itulah yg mencegah disandarkannya perbuatan jelek kepada Allah. Maka dia berpendapat bahwa bisanya timbul kejelekan dari Allah adl sebab suatu kejelekan. Jadi Dia yg berlaku adil tidaklah disifati dgn qudrah atas kezhaliman.
4. Ahmadiah
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah, mempunyai banyak nama dan keturunan. Suatu keistimewaan buat dia, “konon” semua itu diperoleh dari Tuhannya. Bahkan yang lebih menarik lagi, Mirza Ghulam Ahmad menguasai banyak bahasa, diantaranya: Bahasa Urdu, Inggris, Arab, Parsi, dan bahasa Ibrani. Dengan bahasa-bahasa itulah ia berdialog dengan Tuhannya.
Puteranya yang masyhur, Bashiruddin Mahmud Ahmad (1899-1965) yang menduduki tahta khalifah kedua dalam Jema’at Ahmadiyah, menulis tentang saat-saat kelahiran ayahnya sebagai berikut:
" Hazrat Ahmad as. lahir pada tanggal 13 Februari 1835 M, atau 14 Syawal 1250 H, hari Jumat, pada waktu shalat Subuh, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Beliau lahir kembar. Yakni beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama kemudian meninggal dunia. Demikianlah sempurna sudah kabar-ghaib yang tertera di dalam kitab-kitab agama Islam bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar”.[2]
5. Al-Qadiani
Berikut ini kami paparkan keyakinan-keyakinan Al-Qadiani yg menyesatkan itu.
Pengakuannya adl sebagai mujadid Al-Masih Al-Mahdi nabi rasul dan pengakuan lainnya yg berkisar antara mujadid hingga kenabian bahkan lbh tinggi dari kenabian.
Berikut wbw cuplikkan beberapa pengakuan "gila" nya:
“Banyak hati telah mati telah banyak dosa sangat keras kesusahan pada malam yg larut dalam kegelapan yg pekat rahim Allah mengeluarkan cahaya langit. Akulah cahaya itu al-mujadid yg dapat perintah hamba yg ditolong Al-Mahdi yg dikenal Al-Masih yg dijanjikan. Dan sesungguhnya aku berada dalam posisi yg sangat mulia di sisi Tuhanku tak ada seorang pun yg mengetahuinya.” .
“Kabar gembira utk kamu sekalian! Telah datang kepadamu Al-Masih. Ia telah diusap Yang Maha Kuasa dan diberinya ucapan yg fasih.. Kebahagiaan utk kamu! Telah datang kepadamu Al-Masih yg dikenal membawa harta yg banyak dan barang yg bertumpuk.. Wahai sekalian manusia sesungguhnya aku adl Al-Masih al-Muhamadi. Sesungguhnya aku Ahmad al-Mahdi.” .
sumber
- http www.alislam.or.id/
- http://blog.re.or.id/
- dan sumber lain
- http www.alislam.or.id/
- http://blog.re.or.id/
- dan sumber lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo master, silahkan komentarnya...